Politic



Nobel Perdamaian Telah Menjadi Instrumen Politik


Penetapan Uni Eropa sebagai penerima Nobel Perdamaian yang diumumkan pada 12 September lalu mengejutkan banyak pihak. Banyak pihak yang menduga peraihnya adalah individu, bukan lembaga layaknya Uni Eropa. Terpilihnya Uni Eropa menimbulkan kontroversi tersendiri, ada yang mendukung, namun ada juga yang menganggapnya sebagai sebuah lelucon. “Terpilihnya Uni Eropa menurut saya tidak matching dengan kriteria awal dari Nobel Perdamaian.” ujar Dinna Wisnu, Ph.D. “Sifat politis membuat adanya fleksibilitas dalam hal kriteria.”
Dinna Wisnu, Ph.D, datang dari latar belakang pendidikan Hubungan Internasional, ia merampungkan gelar Master of Arts dan Doctor of Philosophy bidang Politik dari The Ohio State University, Amerika Serikat. Dengan kritis dan detail, Dinna selaku Dekan Pascasarjana Bagian Diplomasi di Universitas Paramadina menjawab pertanyaan mahasiswi Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran, Theodora Luna. Wawancara singkat selama 30 menit dilakukan ditengah-tengah kesibukan Dinna di gedung Pascasarjana Universitas Paramadina yang berada di kawasan SCBD, Jakarta, pada Jumat (2/11) pukul 11.34 WIB. 
Dinna Wisnu, Ph.D


Biasanya penerima Nobel Perdamaian adalah individu. Kalaupun organisasi, pasti           tetap dihubungkan dengan jasa seorang individu. Apa pendapat Anda dengan      terpilihnya UE sebagai penerima Nobel Perdamaian tahun ini?

Menurut saya Nobel Perdamaian awalnya ditujukan oleh orang-orang yang punya catatan cukup panjang mengatasi masalah-masalah sulit yang sifatnya politis. Untuk masa sekarang dapat kita lihat suasana keseluruhan secara global semakin sulit dan kondisi politik semakin rumit. Saya melihat bahwa semakin sulit bagi Komite Nobel Perdamaian untuk mencari figur yang benar-benar bisa mengatasi banyak hal dan memenuhi kriteria yang lengkap. Tidak ada seseorang yang dapat dikatakan layak untuk menerimanya, sehingga UE yang akhirnya menjadi pilihan Komite Nobel Perdamaian.

           Menurut Anda mengapa UE terpilih sebagai penerima Nobel Perdamaian?         
Dalam konteks kekinian, saya melihat ada dua faktor kenapa UE yang diangkat. Pertama, sulit bagi Komite Nobel Perdamaian untuk mencari orang yang dianggap sesuai sebagai tokoh perdamaian dunia. Kedua, Nobel Perdamaian telah menjadi instrumen politik juga. Karena mengapresiasi sesuatu yang politis akhirnya mereka sendiri punya fleksibilitas dalam hal kriteria. Awalnya kan harus orang yang memiliki record panjang dalam hal pencapaian perdamaian dunia, baru dia bisa di reward. Tapi itu semua patah saat Obama menerima Nobel Perdamaian tahun 2009. Dia orang baru, kalau dibilang menciptakan perdamaian, dalam hal apa? Dalam konteks apa? Argumen yang dipakai oleh para juri adalah bahwa Obama punya kemungkinan untuk membuat perdamaian di masa depan. Itu merupakan satu poin yang menurut saya juga tidak tepat, karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan.
           
Anda beranggapan bahwa terpilihnya Obama sebagai penerima Nobel Perdamaian yang tidak tepat juga terjadi dalam terpilihnya UE kali ini?

Ya, karena yang jadi penilaian bukan hal-hal yang sudah dilakukan oleh UE, tapi untuk encouraging perdamaian di dunia. UE menjadi sponsor terbentuknya perdamaian dunia. Pada awalnya Nobel Perdamaian diberikan untuk orang-orang yang telah menciptakan perdamaian. Saya ambil contoh dari Asia, yaitu Belo dan Horta serta Aung San Suu Kyi. Belo dan Horta, mereka memang orang-orang yang punya keberanian luar biasa mengatasi situasi yang sangat sulit di Timor Leste. Aspeknya lengkap ada militer, kekerasan, semua dipatahkan oleh kedua orang ini. Kedua orang ini merupakan tokoh yang orang kenal. Saat orang mendengar kata Timor Leste pasti dihubungkan dengan mereka. Sama seperti ketika membicarakan Myanmar, pasti tokoh yang terlintas adalah Aung San Suu Kyi. Citra yang muncul dari ketiga tokoh ini adalah pendobrak, punya inisiatif, punya kharisma, semuanya memancarkan damai dengan menolak penggunaan senjata dan kekerasan. Kalau dikaitkan ke terpilihnya UE sekarang ini menurut saya banyak yang tidak matching dengan kriteria awal dari Nobel Perdamaian.
                             
Jadi Anda pribadi tidak setuju dengan terpilihnya UE sebagai penerima Nobel                                 Perdamaian?           

Ya, menurut saya lebih banyak kurang tepatnya dibandingkan tepatnya. Sebagai satu lembaga kerjasama, UE boleh dikatakan bukan merepresentasikan satu pandangan. Walaupun UE termasuk lembaga kerjasama regional yang relatif lebih solid dibandingkan badan kerjasama regional lainnya, tetap saja UE lembaga kerjasama regional yang memiliki banyak kepala. Di dalam UE sendiri terdapat banyak intrik, saat ini pun UE berada dalam kondisi yang relatif kritis karena anggota-anggotanya banyak yang berseberangan pendapat. Tampak dipaksakan bahwa mereka memang satu. Kedua, saya tidak melihat adanya karya mereka terhadap perdamaian di seluruh dunia. Mereka sendiri punya catatan kelam baik di Afrika, maupun di Timur Tengah saat ini. Mereka terlibat kasus agresi di Irak, mereka juga ikut bermain dalam kasus kekerasan di bawah Suriah dan Iran. Mereka memilih cara agresi dibandingkan pendekatan yang lebih lunak. Ini menjadi tanda tanya besar lagi, mengapa UE bisa mendapatkan Nobel Perdamaian.

         
Apakah UE memiliki kontribusi dalam menciptakan perdamaian bagi bangsa-bangsa didalamnya?

Kalau saya melihat saat ini juga tidak ada.

Apakah UE memiliki potensi untuk menciptakan perdamaian di kawasannya maupun di kawasan lain?
Iya, walaupun kecil kemungkinannya. Mungkin dengan diberikan reward berupa Nobel Perdamaian ini diharapakan UE bisa menjadi contoh yang baik bagi kawasannya sendiri, maupun negara-negara di kawasan lain. Menurut saya ini berkaitan juga dengan agenda besar dunia saat ini yang bergantung dari keputusan-keputusan yang diambil di Eropa. Hal ini terkait krisis ekonomi yang terjadi di Eropa.

Terkait krisis Eropa, ada jurang antara Blok Selatan Eropa yang miskin dengan Blok Utara yang kaya. Blok Utara yang dipimpin Jerman nampak ogah-ogahan memberi bantuan kepada Blok Selatan. Antar kedua blok saja keharmonisan kurang dapat kita lihat, apakah juri tidak melihat hal ini saat menentukan penerima Nobel Perdamaian?
Ini bukan masalah mereka tidak melihat, tapi Nobel Perdamaian sendiri sudah seperti alat politik. Pusat Komite Nobel Perdamaian sendiri terdapat di Swedia, yang merupakan anggota dari UE. UE yang sedang berada dalam pusaran konflik dan disalahkan karena menjadi biang kerok terhadap ketidakstabilan di dunia saat ini mencari suatu motivator. Dan menurut saya, Nobel Perdamaian ini yang digunakan sebagai penyemangat. Mereka yang butuh penyemangat, mereka juga yang memutuskan, maka ya begitulah…

Apakah Nobel Perdamaian yang diterima UE dapat berdampak pada penurunan dampak krisis ekonomi Eropa?
Kalau langsung tidak, mekanismenya hanya sampai tahap encouraging para pemimpin negara untuk membangun jalan menuju perdamaian agar menjadi contoh yang baik. The how question it is not answer by Nobel Perdamaian.
   
Bagaimana kualitas karya UE dalam menciptakan perdamaian dibandingkan             dengan penerima Nobel Perdamaian sebelumnya? Apakah terjadi penurunan atau    peningkatan?

Saya tidak bisa bilang ini naik atau turun karena ini politik. Politik itu sesuai kebutuhan. Jadi apa yang sedang dibutuhkan, itu yang akan dikedepankan. Baik atau buruk itu relatif. Namun jika kita bandingkan kriteria nobel dahulu dengan yang sekarang kita hanya dapat mengatakan bahwa ada pergeseran kriteria.

         Apakah pergeseran kriteria terjadi setiap tahun?
Iya, tiap tahun pasti akan terjadi pergeseran karena itu tergantung dengan situasi dan kebutuhan.

         Jika Anda adalah juri Nobel Perdamaian, siapa yang akan Anda pilih tahun ini?
Tidak ada nama yang tepat bagi saya untuk tahun ini. Kalau 3 tahun yang lalu saya mungkin akan mengusulkan orang-orang PBB, tapi kalau dilihat dari konteks sekarang kelihatan betul mereka seperti tidak punya strength. Mungkin mereka punya passion, tapi tidak manjur. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar