Mengejar Mimpi di Usia Muda
Oleh : Theodora
Luna
Judul Buku : Dream Catcher
Penulis : Alanda Kariza
Penerbit : GagasMedia
Tebal : 232 Halaman
Tahun Terbit: 2012
Harga: Rp 50,000,-
Di usia yang terbilang muda yaitu 21 tahun, Alanda Kariza sudah
memiliki banyak prestasi. Mulai dari menjadi perwakilan Indonesia dalam Global
Changemakers, mendirikan Indonesian Youth Conference, menulis buku, dan
sebagainya. Prestasi ini tak lain dapat muncul dari adanya mimpi. Karena adanya
mimpi kita akan berusaha mewujudkannya tak peduli setinggi apapun mimpi itu dan
apa rintangan yang akan dihadapi. Namun kadang kita tidak tahu bagaimana cara
mewujudkan mimpi itu, kita masih bingung akan keinginan kita dan kita cenderung
merasa nyaman berada di zona nyaman kita. Padahal sebenarnya di usia muda ini
saatnya kita mengerahkan seluruh kemampuan kita yang masih optimal untuk
mewujudkan mimpi.
Di dalam buku “Dream Catcher” ini Alanda Kariza tidak hanya menuliskan
bagaimana cara menggapai mimpi, tapi mulai dengan membuat kita berpikir apakah
mimpi kita yang sebenarnya. Disajikan dengan bahasa yang ringan dan tidak
menggurui, kita seperti merasa membaca diary yang secara tak langsung membuat kita
tergugah untuk segera melakukan suatu hal di usia muda ini. Kita akan merasa
bodoh bila tidak melakukan apa-apa dan menyia-nyiakan usia muda hanya untuk hal
yang sebenarnya tidak berguna.
Selain menceritakan pengalaman pribadinya, Alanda Kariza juga menampilkan
narasumber dari berbagai bidang. Seperti Joko Anwar, Goris Mustaqim, Cassandra
Niki, dan lain-lain. Cerita-cerita narasumber
yang dikemas secara menarik membuat kita terinspirasi dengan apa yang mereka
lakukan dalam usia mudanya, hal ini menjadi motivasi tersendiri bagi kaum muda
dalam menggapai mimpinya.
Diharapkan dengan membaca buku ini, dapat membuat mata anak muda terbuka dan
menjadi anak muda yang dapat berguna bagi Indonesia bahkan dunia. Seperti yang
dikatakan Soekarno, "Seribu orang tua hanya dapat bermimpi, satu orang
pemuda dapat mengubah dunia." Ya, pemudalah yang nantinya akan mengubah
dunia.
_______________________________________________________________________________________________________________________________
sejenak mengentikan waktu
Oleh :
Theodora Luna
Adhitia Sofyan kembali menjamah telinga pendengarnya melalui album
ketiganya, “How to Stop Time”.
Petikan gitar dan suara teduh Adhitia masih menjadi daya tarik utama dalam
album ini. Dari segi lirik, terdapat banyak variasi dibandingkan album-album
sebelumnya. Adhitia seperti keluar dari zona nyamannya dengan membuat lirik
diluar pembahasan cinta. Dalam lagu Mother, diceritakan seorang anak yang
merindukan ibunya yang telah meninggal dunia. September dan Tokyo Lights Fade Away kurang lebih menceritakan apa yang
dirasakan Adhitia selama melakukan tur di Jepang pada 2011 lalu.
Banyak
lagu yang nampaknya tidak memiliki ‘jiwa’, seperti diciptakan untuk memenuhi
jumlah permintaan track saja. Tidak ada perubahan
signifikan dengan kualitas musik Adhitia, tidak banyak juga variasi dalam lagu
yang ada. Seperti mendengar lagu setipe yang membuat kita tidak tahu pasti
judul lagu yang sedang kita dengar. Tapi mungkin itu memang maksud Adhitia,
membuat lagu yang membawa kita kepada keteduhan. Melupakan apa yang ada, tidak
banyak berpikir, seperti menghentikan waktu. Ya, mungkin album ini adalah
jawaban dari pertanyaan “how
to stop time?” .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar