Hot News


Bedah Buku “Wawancara Imajiner Dengan Bung Karno” di FISIP Unpad


Jatinangor- Himpunan mahasiswa Ilmu Pemerintahan dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Padjadjaran menggelar bedah buku “Wawancara Imajiner Dengan Bung Karno” dengan penulisnya Christianto Wibisono. Acara tersebut dilakukan hari kamis (8/11) di ruang seminar gedung D di FISIP Unpad Jatinangor.
     Selain menghadirkan Christianto, acara yang juga bekerjasama dengan Perpustakaan Batu Api ini menghadirkan wartawan senior harian Kompas ,Budiarto Shambazy, serta seorang dosen jurusan Ilmu Pemerintahan bernama Iman Sholeh. Acara yang dimulai pada pukul 09.00 WIB ini terbuka untuk umum dan dihadiri oleh mahasiswa dari berbagai fakultas di Unpad Jatinangor.
     Buku “Wawancara Imajiner Dengan Bung Karno” merupakan buku yang sempat dibredel pada 1978 oleh pemerintahan Orde Baru. Pada masa itu, buku ini dianggap bertentangan dengan pandangan pemerintah Orde Baru. Setelah menunggu sekitar 34 tahun, akhirnya buku ini bisa terbit dibawah percetakan Gramedia Utama.
Cover buku "Wawancara Imajiner dengan Bung Karno"

     Pada sesi tanya jawab, banyak pertanyaan dari para mahasiswa tentang sikap pemerintah yang tidak adil terhadap Bung Karno pada masa pemerintahan Orde Baru. Christianto yang juga seorang pengamat politik menagtakan bahwa buku ini lebih berusaha menjawab tentang keadaan politik pada saat ini, bukan untuk membahas tentang ketidak adilan perlakuan pemerintah Orde Baru terhadap Bung Karno.
     Christianto mengatakan, buku versi terbaru itu membedah anatomi enam Presiden Indonesia mulai dari Soekarno hingga Susilo Bambang Yudhoyono. "Buku ini merupakan sarasehan para tokoh bangsa terdahulu, ada Bung Karno, Soeharto, Soemitro, Sarwo Edhie dan lainnya," jelas Christianto.
Buku itu, lanjut dia, dimaksudkan untuk memberikan bekal kepada pemilih dan rakyat Indonesia dalam merekrut calon presiden ketujuh.
     "Mari kita belajar dari kesuksesan dan kegagalan di masa lalu. Ambil manfaatnya, dan usahakan agar kesalahan itu tidak terjadi lagi," jelasnya.
Ia mengatakan, calon Presiden Indonesia ketujuh haruslah memiliki karakter utama. Pertama, karakter negarawan yang asertif, bersih, cerdas, dan tegas dalam memutuskan kebijakan yang mencerminkan kepemimpinan dan menghormati trias politika dan penegakan hukum.Kedua adalah karakter pemersatu dan guru bangsa dalam mengapitalisasi pluralisme sebagai aset secara meritokratis, konstruktif, dan kreatif. Terakhir adalah karakter pemimpin yang efektif dalam menjalankan roda pemerintahan.
"Saat ini masih sebatas kriteria. Saya tidak bisa langsung menyebut nama siapa calon yang memiliki kriteria seperti itu. Tunggu enam bulan lagi," tambah dia, yang dikutip Antara.
     Dia mengajak seluruh tokoh bangsa untuk tidak lagi mempermasalahkan masa lalu dan melakukan rekonsialisasi demi kemajuan Indonesia ke depan.
Setelah sesi tanya jawab, acara ini ditutup dengan pembagian doorprize seperti DVD, buku serta hadiah menarik lainnya panitia dan Perpustakaan Batu Api. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar